Sejarah Gampong Palak Hulu bermula dari nama palak dalam bahasa Aneuk Jamee, yang artinya “kebun”. Palak atau kebun tersebut terletak di dua bahagian, yaitu hulu dan hilir. Palak di bagian hulu ditanami dengan tanaman cabai yang disebut dengan Palak Lado, sedangkan bagian hilir ditanami dengan sirih dan disebut dengan Palak Siriah. Kedua bahagian lokasi kebun tersebut akhirnya dijadikan sebuahg ampong yang dipimpin oleh seorang keuchik Bernama Kamal. Beliau menjabat keuchik cukup lama dan daerahnya pun cukup luas. Setelah Keuchik Kamal meninggal dunia, gampong tersebut dibagi menjadi tiga bagian yang terdiri dari Lamkuta, Palak Cabai, dan Palak Sirih. Lamkuta dipisahkan menjadi satu gampong, sedangkan Palak Cabai dan Palak Sirih digabungkan menjadi satu gampong. Palak Cabai sering disebut dengan Palak Hulu, karena berada dibahagian hulu (atas), sedangkan Palak Sirih disebut dengan nama Palak Hilir. Wilayah gampong tersebut dipimpin oleh seorang keuchik yang Bernama Usman Ket. Seiring dengan perkembangan pembangunan, pada masa pemerintahan Usman ket, Palak Cabai/Palak Hulu menarik diri dan memisahkan diri dari Palak Sirih/Palak Hilir dengan diberinama Gampong Palak Hulu, sedangkan Palak Sirih berdiri sendiri dan menjadi Gampong Palak Hilir.